Ukuran mahal itu apa? Mahal atau murah  sering dikaitkan dengan rata-rata pendapatan masyarakat (income per  kapita) dan mutu atau kualitas sebuah produk atau jasa. Dalam kaitan  judul postingan ini kita kaitkan dengan Jasa layanan Internet.
Menurut beberapa analisa, tarif  internet kita murah. Tapi tahukan kita bahwa tarif internet di hampir  seluruh dunia ternyata lebih murah dari yang berlaku di negara kita?  Salah satu kajian itu adalah seperti informasi yang diterbitkan oleh  Badan Komunikasi PBB (ITU)  yang berjudul “Mengukur Masarakat Informasi  2010″ memberi kesimpulan atas hasil kajian di 154 negara, bahwa :
- Tarif internet termasuk sarana komunikasi dan informasi diberbagai belahan dunia mengalami penurunan, sedangkan pelyanan di bidang tersebut mengalami peningkatatan pesat.
- Rata-rata penurunan tarif Komunikasi dan Informasi itu berkisar antara 40% - 42%.
- Jumlah pelanggan telepon seluler (yang mampu mengakses layanan informasi dan komunikasi dan internet) mencapai 5 Milyar orang di seluruh dunia.
- Negara yang paling murah mengenakan tarif Komunikasi dan Informasi (termasuk internet) adalah : Hongkong, Singapore, Kuwait, Luxemburg, AS, Denmark, Norwegia, Inggris dan Selandia Baru.
- Cina dan Makao merupakan wilayah yang paling murah mengenakan tarif Komunikasi dan informasi.
 
Dimanakah letak ukuran mahal atau  murah tarif Komunikasi dan Informasi negara kita? Banyak kita temukan  perang tarif berbagai operator seluler di negara kita, hampir semua  operator menerikkkan “yel-yel” yang sama bahwa mereka memberikan tarif  dan layanan yang murah dan mudah. Tapi apa yang terjadi ?:
- Sepertinya ada semacam kesepakatan mirip menjembak konsumen kita yang belum perduli betul dengan kondisi yang sebenarnya terjadi. Kesannya ada semacam “Kartel” yang berpengaruh di negara kita dalam menerapkan tarif. Semua sepakat seolah-olah perduli dengan tarif, kenyataannya malah menjebak dengan trik and tips masing-masing yang semuanya bermuara pada kondisi “Pertahankan Profit Margin Optimal”
- Jika ada tarif yang lebih murah, mereka mempermainkan pelanggan di bidang lainnya, kecepatannya dikurangi, diberi quota khusus, diberi limit waktu yang sifatnya situasinonal dan kondisional, atau malah hanya berlaku pada dari jam tertentu ke jam tertentu. Paling sering dialami pelanggan adalah terpkasa gonta-ganti kartu baru dengan harga yang relatif mahal.
Atas kondisi tersebut, pemerintah  telah mengambil kebijakan untuk menurunkan tarif intenet (Komunikasi dan  Informasi) sebesar  42%  seperti yang telah  disampaikan oleh Dirjen  Postel Basuki Yusuf dan Menkominfo Tiafatul Sembring pada Juni 2010 lalu  yang belum terealisir hingga saat ini.
Mahalnya tarif internet juga diakuit  oleh  Kepala Pusat dan Humas Kemkominfo, Gatot S Dewa Broto, tujuan   utama dari kebijakan pemerintah meyelenggarakan telekomunikasi untuk   akses broadband menggunakan spektrum frekuensi Broadband Wireless Access   (BWA) dan seleksi penyelenggaraannya pada pita 2.3 GHz dan 3.3 GHz  untuk  mendorong ketersediaan tarif akses internet yang terjangkau  (murah) di  Indonesia, seperti yang dsiampaikan oleh Suara Media.com  pada Maret lalu.
Sebagai pembanding mahal atau murah  mari kita lihat tarif Telkom (speddy) yang kita anggap tarif termurah di  tanah air bandung dengan tarif metrodatapath yang berkedudukan di  Arizona AS,  sebagai berikut ;
 
 Tarif dan kecepatab  metrodatapath AS  sebelum PPN Rp.150.000/ bulan
 
 Tarif dan kecepatan speedy sudah ikut PPN Rp.775.000 / bulan. Ternyata lebih mahal hampir 5  kali lipat.
Penyebab tarif ICT yang  Mahal.
Mahalnya tarif Internet di Indonesia  diakui juga oleh pendatang baru dalam layanan Internet berteknologi  tinggi, yakni berbasis WIMAX (worlwide interoprability for micorwafe  Access) yaitu sebuah perusahaan penyedia jasa internet yang baru operasi  di tanah air yakni PT First Media tbk, perusahaan yang menjanjikan  mampu mengurangi  biaya pemakaian internet perbulan dari Ro.750  ribu  /Mbps  menjadi Rp.300 ribu hingga Rp.500 ribuan per bulannya untuk 1  Mbps.
Pertanyaannya, mengapa perusahaan  itu bisa menghadirkan tarif yang lebih kompetitif, padahal teknologi  yang digunakannya tergolong canggih yakni menggunakan teknologi spektrum  pita lebar seperti wi-fi yang mampu memberi layanan setara dengan 75  Mbps.
Dan ada satu operator yang menyediakan layanan 3.5 G dengan tarif yang cukup murah yaitu 3(Tri) bisa dilihat daftarnya:
Dan ada satu operator yang menyediakan layanan 3.5 G dengan tarif yang cukup murah yaitu 3(Tri) bisa dilihat daftarnya:
3 Unlimited 
- Paket 500 MB. Biaya Rp 25rb/bulan
- Paket 1GB. Biaya Rp 35rb/bulan
- Paket 2GB. Biaya Rp 50rb/bulan
- Paket 5GB. Biaya Rp 99rb/bulan
Apakah operator penyedia layanan  Informasi dan  Komunikasi tidak menggunakan teknologi ini atau pura-pura  tidak mempublikasikan pemakaian teknologi atau malah menutup-nutupi  infirmasi tentang hal ini agar masyarakat teknologi tidak terpancing  melihat ke arah ini? Katakanlah masyarakat awam tidak perduli dengan hal  ini tapi masyarat intelektual yang mengetahui hal ini apakah bisa  diabaikan begitu saja?
Memang ada yang mengatakan bahwa  mahalnya tarif intenet di negara ini ada kaitan dengan jenis serat optik  yang dipakai (tertanam di dasar laut). Negara kita yang posisinya  berada di Katulistiwa terlalu jauh jangkauannya menuju penyedia  internet  di AS. Semakin jauh jauh dengan penyedia Internet semakin  panjang bula Backbone atau kabel serat optik tadi diperukan, artinya  semakin besar biaya investasinya.
Berbeda dengan jepang, Taiwan dan  China yang relatif  lebih  dekat  kita mau tidak mau harus melalui jarak  yang panjang tersebut.  Dalam hal ini kita mendapat Backbone Tier-1  oleh pemilik Backbone di AS.
Disamping jarak Backbone yang  panjang, kita juga hanya memiliki 2 routing  (akses) saja yakni Routing  Singapore dan  Routing Australia. Berbeda dengan negara-negara tersebut  di atas, mereka route yang lebih banyak, yakni Rusia, China, Taiwan dan  AS. Semakin banyak route nya semakin kompetitiflah harganya.
Jika mengacu kepada persoalan  backbone dan routing  yang mahal, sementara di sisi lain ternayta ada  perusahaan penyedia layanan tarif yang mampu menekan harga hingga 42%  seperti di atas, jadi sebetulnya apa yang tejadi? Kenapa tarif internet  (ICT) kita masih tergolong mahal. Menurut data badan komunikasi dunia  (ITU) kita malah tidak termasuk dalam kelompok negara yang menerapkan  tarif murah?
Sekadar perbandingan tarif operator  yang reguler (Non Promosi) yang dikutip dari Babeh.net.com hari ini (2  Januari 2011), tarifatau biaya internet berbasis volume (Based volume)  di negara kita dapat dilihat sebagai berikut :
XL 3G HSDPA
- Paket Xplorer (kuota 250 MB). Biaya Rp 99 rb/bulan
- Paket Xtion (kuota 1 GB). Biaya Rp 279 rb/bulan
- Paket Xtreme (kuota 3 GB). Biaya Rp 499 rb/bulan
Kelebihan pemakaian dikenakan biaya Rp 0,4/KB
Telkomsel Flash
- Paket Basic (kuota 500 MB). Biaya Rp 125 rb/bulan
- Paket Advance (kuota 1 GB). Biaya Rp 225 rb/bulan
- Paket Pro (kuota 3 GB). Biaya Rp 400 rb/bulan
Kelebihan pemakaian dikenakan biaya Rp 1/KB
Indosat 3,5G
- Paket Economy (kuota 500 MB). Biaya Rp 90 rb/bulan
- Paket Extra Light (kuota 1,25 GB). Biaya Rp 200 rb/bulan
- Paket Medium (kuota 3 GB). Biaya Rp 400 rb/bulan
Kelebihan pemakaian dikenakan biaya Rp 0,5/KB
Mobil
- Paket (kuota 500 MB). Biaya Rp 88 rb/bulan
- Paket (kuota 1,2 GB). Biaya Rp 150 rb/bulan
- Paket (kuota 3 GB). Biaya Rp 250 rb/bulan
Kelebihan pemakaian dikenakan biaya Rp 0,25/KB
Ngorbit Starone
- Paket 350 MB. Biaya Rp 49 rb/bulan
- Paket 1 GB. Biaya Rp 99 rb/bulan
Berapa kecepatan  internet di beberapa negara yang paling murah biayanya?
Ironsnya, kendati masih tergolong mahal,  kecepatan akses intenet kita juga termasuk paling lemot di dunia. Untuk  ranking kecepatan akses ini, posisi rangking kita berada diurutan 148  dunia dari 154 negara, yakni pada angka 1,21 Mbps. Sedangkan  negara-negara lainnya yang memiliki akses terbaik adalah (sesuai  rangking) :
- 1 Korea Selatan 21,71 Mb/s
- 2 Jepang 16.00 Mb/s
- 3 Aland Island 15.02 Mb/s
- 4 Lithuania 13.44 Mb/s
- 5 Latvia 13.35 Mb/s
- 6 Swedia 13.26 Mb/s
- 7 Romania 12.85 Mb/s
- 8 Belanda 12.32 Mb/s
- 9 Bulgaria 12.02 Mb/s
- 10 Republik Moldova 10.00 Mb/s
- 11 Hong Kong (China) 9.52 Mb/s
- 12 Slovakia 8.92 Mb/s
- ——-
- 148 Indonesia 1,21Mb/s
 
- ——–
- 154 Zimbwabe. Tarif sekali SMS untuk lokal Zimbabwe adalah USD 5-7 atau dengan kurs rupiah 9,665 per 1 USD tarif tersebut setara dengan Rp 48.325- Rp 67.665. Cukup untuk membeli beras beberapa kilogram di Indonesia. Untuk tarif SMS ke luar negeri, lebih gila lagi. Harga yang dipatok adalah antara $ 12 and $ 20 atau sekitar Rp 115.980,- sampai Rp 193.300. (Sumber TongBerisi.net)
Kesimpulannya :
Tarif ICT kita memang masih mahal.  Kendatipun ada upaya pemerintah untuk  menurunkan tarif tapi belum dapat  direalisasikan karena peranan KARTEL jasa ICT kita masih dominan dan  mampu mengintervensi Pemerintah kita.
Kendatipun ternyata masih masuk  golongan mahal, ironisnya dalam hal akses dan kecepatan kita masih masuk  urutan 148 dunia. Harusnya harga mahal diikuti oleh layanan optimal  dalam berbagai aspek.
Semoga bermanfaat untuk membuka  cakrawala kita semua. Kendati mahal, kita tidak punya pilihan selain  menggunakan tarif dan layanan yang ada untuk tujuan yang bermanfaat  dalam menggunakan jasa dan layanan ICT ini tentunya.
 edited
sumber:http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/01/02/tarif-internet-kita-mahal-atau-lebih-berkualitas/


 
 


0 komentar:
Posting Komentar