
Sashimi,  sushi, kerapu bakar, tuna asam manis dan sop kepala kakap merah,  semuanya makanan menggiurkan selera. Banyak orang di berbagai belahan  dunia menggemarinya, mungkin termasuk Anda dan keluarga.
Tetapi tahukah Anda, bila kita  semua tidak bijaksana dalam mengonsumsi makanan yang berasal dari laut  ini, berarti kita ikut terlibat mempercepat kepunahan ikan laut.
Bahkan, para ilmuwan kelautan  telah memprediksi kita semua akan mengonsumsi plankton pada 2050  mendatang, bila mulai hari ini tidak bijaksana memilih seafood. Plankton  adalah pakan alami ikan laut.
“Ikan makin hari semakin seperti  emas. Nelayan semakin susah mencarinya,” kata Imam Mustofa, Koordinator  WWF-Indonesia National Fisheries Program, pada seminar bertajuk ‘Choose  Your Food Right’ di @america Pacific Place, Jakarta.
Seperti Anda ketahui, ikan  sangat baik bagi kesehatan manusia karena merupakan sumber protein,  lemak, vitamin B6, B12, Biotin, dan Niacin, serta kaya akan mineral yang  dapat meningkatkan kecerdasan otak.
Karena itu, tidak heran bila  penggila sushi atau seafood makin hari makin meningkat, apalagi di  Indonesia yang memiliki laut yang luasnya lebih kurang 5,6 juta  kilometer persegi dengan potensi sumber daya alam yang melimpah.
Namun lucunya, makin hari para  nelayan mencari ikan di tempat yang lebih jauh dari garis pantai.  Bahkan, nelayan-nelayan dari North Sea mulai mencari ikan di perairan  coral triangle, yaitu Indonesia, Malaysia, Filiphina, Timor Leste, dan  Papua New Guinea.
Permintaan yang tinggi dari  masyarakat akan seafood menyebabkan perusahaan perikanan  mendistribusikan ikan dari hasil tangkapan nelayan lebih banyak. Nelayan  pun demi keuntungan yang lebih besar mencoba menjaring ikan dalam  jumlah yang lebih banyak pula tanpa menghiraukan standar ukuran ikan  yang dapat dipanen.
Sedangkan kondisi perikanan di  Indonesia sendiri cukup mengkhawatirkan. Ukuran yang biasa ditangkap  saat ini jauh lebih kecil dari ukuran standar penangkapan. Ikan tuna  misalnya, standar penangkapannya adalah 600 gram, tetapi yang sering  Anda temui pasti lebih kecil dari itu.
Solusi
 
 Cobalah  untuk bijak dalam memilih seafood yang akan Anda makan. WWF telah  mengeluarkan ‘Seafood Guide’ berisi daftar jenis-jenis ikan yang dapat  Anda hindari, kurangi, dan Anda makan.
Penyu dan telurnya, ketam  kelapa, lobster atau udang karang, hiu, tuna sirip biru dan kuning,  serta kerapu harus Anda dihindari karena populasinya sedikit sekali.
Sedangkan kepiting, kakap,  udang, pari, dan gurita sebaiknya yang Anda kurangi. Begitu pula dengan  telur ikan karena dengan memakan telur ikan, berarti Anda telah  memusnahkan bibit ikan.
Lalu, apa yang dapat Anda makan sepuasnya; teri, tongkol, bandeng, bawal, sarden, tenggiri, cumi-cumi, dan ubur-ubur.
Kaget? Tenang saja! ‘Seafood  Guide’ yang dibuat WWF bukanlah harga mati. Anda masih dapat makan tuna,  kakap, udang asalkan betul-betul memperhatikan ukurannya. Pilihlah  seafood yang ukurannya besar, karena yang berukuran kecil masih  merupakan bayi.
Dengan mengikuti cara ini, maka  Anda akan berhasil memaksa nelayan dan perusahaan perikanan untuk lebih  bertanggung jawab. Dan Anda tidak perlu takut akan memberi makan anak  dan cucu, plankton di kemudian hari.
source: http://kosmo.vivanews.com/news/read/198936-cara-bijak-makan-seafood 

 
 


0 komentar:
Posting Komentar